Minggu, 24 November 2019

SALURAN DISTRIBUSI INDUSTRI & PEMASARAN LOGISTIC



Saluran pemasaran industri atau saluran distribusi dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan bagian-bagian organisasi yang saling terkait mulai dari membuat suatu produk sampai produk tersebut siap dijual ke pelanggan untuk digunakan. (Havaldar, 2005).
1. Perbedaan Saluran Pemasaran Produk Industri dengan Produk Konsumen
Faktor- Faktor
Pasar Konsumen

Pasar Industri
Peran strategi saluran dalam bauran pemasaran

Penting, karena banyak konsumen mengaitkan outlet pengecer dengan kualitas produk dan citra (nama baik) perusahaan

Kritis, karena kekurangan persediaan untuk melayani pesanan ulang, dan keterlambatan pengiriman akan menyebabkan keterlambatan maupun kerugiaan bagi pelanggan industri

Pengendalian Saluran

Biasanya di dominasi oleh pabrikan atau pedagang besar

Umumnya didominasi oleh pabrikan, namun ada juga yang dikendalikan oleh distributor
Panjang Saluran

Biasanya Panjang, terdiri atas (melewati) beberapa tingkatan perantara

Pendek dan biasanya langsung tanpa melibatkan perantara, dan masih pendek walaupun menggunakan perantara

Perantara

Menggunakan beragam jenis perantara (grosir, pengecer, broker, dan agen)

Biasanya hanya menggunakan  dua jenis perantara yaitu distributor industri dan agen pabrik

Jumlah penjualan produk/jasa

Kebanyakan produk melalui perantara, diperkirakan hanya 5% yang langsung ke konsumen

Kebanyakan produk langsung ke pelanggan khusus untuk kebutuhan produk dalam jumlah besar 75% langsung ke pelanggan

Karakteristik Pembeli

Pemilihan pengecer sering emosional dan berdasarkan citra

Pemilihan perantara tidak dilakukan secara emosional tetapi lebih didasarkan pada kinerja
Pelayanan Persediaan Konsumen

Pada Grosir dan pengecer

Pelanggan percaya pada saluran



2. Tipe-Tipe Perantara Industri Tipe-Tipe Perantara Industri
Saluran menurut Kotler (2001) mengemukakan bahwa saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen.
Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu; pedagang perantara dan agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negosiasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut. Pengertian dari pedagang perantara dan agen perantara sebagai berikut:
1.      Pedagang perantara
Pada dasarnya, pedagang perantara bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya atau dengan kata lain pedagang mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua kelompok yang termasuk dalam pedagang perantara, yaitu; pedagang besar dan pengecer. Namun tidak menutup kemungkinan selain membuat barang juga memperdagangkannya.
2.      Agen perantara
Agen perantara mempunyai hak milik semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu: 1) Agen penunjang terdiri dari: Agen pembelian dan penjualan, Agen Pengangkutan dan Agen Penyimpanan, 2) Agen Pelengkap terdiri dari: Agen yang membantu dalam bidang financial, Agen yang membantu dalam bidang keputusan, Agen yang dapat memberikan informasi, Agen khusus.

3. Desain Saluran
Rancangan Saluran
Distribusi Ketika sebuah perusahaan ekspor memutuskan untuk menggunakan saluran distribusi untuk memasarkan produknya, perusahaan harus bisa merancang desain saluran distribusi yang tepat dan efisien. Perusahaan harus memahami pentingnya proses merancang saluran distribusi ini karena biaya investasi awal yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Perusahaan harus memiliki pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam keputusan ini. Menurut Kotler and Armstrong (2014:372-374) serta Boyd, Walker dan Larrece (2000:42) ada beberapa tahapan dalam melakukan rancangan bentuk saluran distribusi, yaitu:
1) Menganalisis keinginan dan kebutuhan konsumen
2) Menentukan tujuan saluran
3) Menentukan jenis dan jumlah perantara
4) Mengevaluasi alternatif utama

4. Penanganan Anggota Saluran
Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Saladin (2004:154) mengemukakan bahwa anggota saluran distribusi melaksanakan sejumlah fungsi utama dan berpartisipasi dalam arus pemasaran sebagai berikut: informasi, promosi, negosiasi, pemesanan, pembiayaan, pengambilan resiko, kepemilikan fisik, pembayaran, dan hak milik.


5. Supply Chain Management
Untuk dapat menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah ditetapkan. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management. Supply Chain Management sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang baru.
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:

1.      Rantai Suplai Hulu (Upstream supply chain)
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

2.      Manajemen Rantai Suplai Internal (Internal supply chain management)
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

3.      Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream supply chain segment)
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
Dalam perkembangannya, Supply Chain Management telah banyak mengalami evolusi yang dapat digambarkan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut (Indrajit dan Djokopranoto, 2002) :
1.      Tahap 1
Dalam tahap 1 ada semacam kesendirian dan ketidak-saling tergantungan fungsi produksi dan fungsi logistic. Mereka menjalankan program-program sendiri yang terlepas satu sama lain (in-complete isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu dan yang telah ditetapkan, dan sama sekali tidak mau ikut memikirkan penumpukan inventory dan penggunaan ruang gudang yang menimbulkan biaya persediaan yaitu biaya simpan.
2.      Tahap 2
Dalam tahap 2 perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu di antara fungsi internal yang paling berdekatan, misalnya produksi dengan inventory control dan functional integration yang lain.
3.      Tahap 3
Dalam tahap 3 integrasi perencanaan dan pengawasan atas semua fungsi yang terkait dalam satu perusahan (internal integration).
4.      Tahap 4
Pada tahap 4 menggambarkan tahap sebenarnya dari supply chain integration, yaitu integrasi total dalam konsep perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (manajemen) yang telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan ke upstreams yaitu suppliers dan downsterams sampai ke pelanggan.
Manfaat Supply Chain Management. Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar.
1. Kepuasan pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya
Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan Supply Chain Management.
5. Peningkatan laba
Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.
6. Perusahaan semakin besar
Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
Keenam manfaat yang sudah dijelaskan seperti tersebut di atas merupakan manfaat tidak langsung. Secara umum, manfaat langsung dari penerapan Supply Chain Management bagi perusahaan adalah : 
1. Supply Chain Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan.
2. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management, pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang di- minati konsumen.

6. Manajemen Logistic
Manajemen Logistik Menurut Bowersox, DJ (2006) dalam Rizky (2012),manajemen logistik adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang, barang jadi dari para supplier kepada para pelanggan. Menurut Seto dkk (2004) dalam Khasanah (2010), manajemen pengelolaan obat mempunyai fungsi manajemen logistik sebagai berikut:
·       Perencanaan adalah tindakan dalam pemenuhan kebutuhan yang menyangkut proses memilih, seleksi, dan menetapkan jenis dan jumlah logistik.
·       Pengadaaan adalah kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan berdasarkan proses perencanaan.
·       Penganggaran adalah perumusan perincian kebutuhan dalam skala mata uang.
·       Penerimaan adalah kegiatan menerima logistik oleh petugas gudang dari petugas pengirim barang sesuai dengan jumlah barang yang di minta.
·       Penyimpanan dilakukan untuk menjaga kualitas barang sehingga tidak mengalami kerusakan.

7. Distribusi Pemasaran Fisik
Distribusi fisik
Distribusi fisik adalah segala kegiatan untuk memindahkan barang dalam jangka waktu tertentu. Perpindahan fisik ini dapat berupa perpindahan barang jadi dari jalur produksi ke konsumen akhir dan perpindahan barang mentah dari sumber ke jalur produksi. Dalam terminologi sederhana, sebuah distribusi adalah pipa atau jalur ke pasar. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:60). Distribusi fisik adalah tugas yang dilibatkan dalam perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian aliran fisik bahan barang akhir, dan informasi yang berhubungan dari titik asal ke titik konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam kondisi untuk mendapatkan laba. Sedangkan menurut Solomon, Marshall, and Stuart (2008: 490) kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk memindahkan barang dari produsen ke pelanggan akhir, termasuk pemrosesan pesanan, pergudangan, transportasi, dan persediaan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa distribusi fisik adalah menggerakkan barang yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan arus bahan dan produk akhir dari tempat asal ke tempat pemakai atau dari produsen sampai konsumen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan mendapatkan laba. Penyaluran ini dimaksudkan dalam rangka pemasaran barang dan pemindahan sejak dari produsen hingga kepada konsumen akhir atau pemakai industri.

Fungsi Distribusi Fisik
Sebuah perusahaan dapat dipandang sebagai sistem keseluruhan, begitu pula saluran yang digunakan oleh perusahaan dalam mencapai konsumen akhir. Dalam hal ini, keberhasilan perusahaan sering tergantung pada hasil kerja distribusinya karena distribusi fisik merupakan sebuah jaringan organisasi yang melaksanakan fungsi-fungsi yang menghubungkan produsen dengan para pemakai akhir. Distribusi fisik terdiri atas institusi dan agensi yang saling tergantung dan terkait, berfungsi sebagai sebuah sistem atau jaringan yang bekerja sama dalam upaya memproduksi dan mendistribusikan sebuah produk kepada para pemakai akhir.

Tujuan Distribusi Fisik
Menurut Sastradipoera (2003: 161) distribusi fisik sebagai satu kegiatan manajemen marketing yang mempunyai tiga buah tujuan utama. Ketiga buah tujuan distribusi fisik tersebut meliputi:
a. Pemberian pelayanan kepada para pelanggan sebaik dan senyaman mungkin
 Pelayanan yang dimaksud mencapai waktu siklis pesanan rata-rata dari rentang waktu dan frekuensi yang cukup memadai.
b. Menghemat biaya keseluruhan untuk pemberian pelayanan hingga titik minimum yang mungkin
Dengan cara mengurangi hingga mencapai titik minimum pesanan yang dikembalikan. Jika pengembalian pesanan terjadi, mengurangi banyaknya waktu dalam pengiriman barang yang dikembalikan.
c. Merealisasi rencana laba dengan melaksanakan pelayanan kepada pelanggan dan meminimalkan biaya
Salah satu diantaranya dengan mengurangi sejauh mungkin persen pesanan yang dikirimkan yang berisi barang-barang yang rusak, cacat, atau tidak memenuhi syarat perjanjian dalam pesanan.

Efektivitas Distribusi Fisik
Efektivitas saluran distribusi memiliki pengertian yang lebih komplek dari pengertian efektivitas. Dalam salah satu artikel forum bisnis mengatakan bahwa Effective distribution, it should be understood as achieving the highest levels of penetration among the target market for the highest net return for the manufacturer. Distribusi yang efektif, dapat dipahami sebagai menerima hasil tertinggi dari penetrasi pasar sasaran yang berupa laba tertinggi bagi produsen.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa efektivitas memegang peranan penting dalam usaha memasarkan produk kepada konsumen serta meningkatkan penjualan. Perusahaan bekerja memaksimalkan efektivitas dari penjualan langsung, perwakilan, distributor, dan pengecer. Menaksir kinerja dari saluran penjualan, merekomendasikan alternatif dengan maksud mendapatkan konsumen, dan mengembangkan kemampuan dari penjualan merupakan salah satu aspek penting perusahaan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:369) Biaya distribusi fisik sebagai element berapa persen total distribusi keseluruhan, maka dari itu faktor-faktor tersebut dijadikan ukuran mempengaruhi efektivitas terhadap penjualan, yaitu:
A. Pengelolaan pesanan
Pesanan dapat diserahkan dengan berbagai cara lewat pos atau telpon, lewat wiraniaga, atau via online dan pertukaran data electronic (EDI= electronic data interchange). Setelah diterima, pesanan harus diproses dengan cepat dan tepat ,produk yang tidak ada dianggap pesanan tertunda, barang yang dikirimkan disertai dengan dokumen pengiriman dan penagihan, biasanya dikirim kepada berbagai bagian. Baik perusahaan maupun pelanggaan mengenyam manfaat jika langkahlangkah pemrosesan dilaksanakann secara efisien.

B. Persediaan
Faktor penting yang lain dalam sistem distribusi fisik adalah persediaan secara efektif terhadap komposisi dan besarnya persediaan. Tujuannya adalah meminimumkan jumlah investasi dan meminimumkan fluktuasi dalam persediaan sambil melayani pesanan dari pembeli. Menurut Ristono (2009: 3) Persediaan adalah pengendalian barang atau usaha memonitor dan menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan. Menurut Armstrong and Kotler (2009: 345) Persediaan di sini, manajer harus memperhatikan keseimbangan yang rapuh antara menjual terlalu sedikit, perusahaan menanggung resiko tidak mempunyai produk ketika pelanggan harus membeli. Keputusan persediaan melibatkan pengetahuan akan kapan harus memesan dan seberapa banyak yang harus dipesan. Dalam memutuskan kapan harus memesan perusahaan menyeimbangkan resiko kekurangan barang terhadap biaya menyimpan terlalu banyak.

C. Pergudangan
Menurut Armstrong and Kotler (2009: 345) Perusahaan harus memutuskan berapa banyak dan jenis gudang yang dibutuhkannya dan di mana gudang itu ditempatkan. Perusahaan mungkin menggunakan gudang penyimpanan atau pusat distribusi. Sedangkan menurut Bearden, Ingram, and Laforge (2004:351), Pergudangan merupakan aspek penting dari strategi saluran pemasaran bagi perusahaan apapun, itu mengacu pada kegiatan pemasaran yang berhubungan dengan menjual produk kepada pembeli dan menggunakannya untuk membuat produk lain, atau menggunakannya untuk melakukan kegiatan bisnis.

D. Transportasi
Menurut Armstrong and Kotler (2009: 346) Pilihan angkutan transportasi mempengaruhi penetapan harga produk, kinerja pengiriman, dan kondisi barang saat barang itu tiba semua akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Sedangkan Menurut Lamb, Hair, and McDaniel (2011:468) Transportasi biasanya menyumbang 5 sampai 10 persen dari harga barang. Rantai pasokan logistik harus memutuskan modus transportasi yang digunakan untuk memindahkan produk dari pemasok ke produsen dan dari produsen ke pembeli. Pemasar perlu memberikan perhatian kepada keputusan transportasi perusahaan mereka. Perusahaan dapat memilih menggunakan sarana transportasi dengan jalur darat menggunakan truk dan kereta api atau melalui air menggunakan kapal.


8. Analisis efektifias saluran distribusi
Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dibidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ketangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kebijakan penyaluran merupakan salah-satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran (marketing channels) dan distribusi fisik (physical distribution). Kedua faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan penyaluran dan sekaligus keberhasilan pemasaran produk perusahaan. Efektivitas penggunaan saluran distribusi diperlukan untuk menjamin tersedianya produk disetiap mata rantai saluran tersebut.
a.       Strategi Pembinaan dan Pengembangan
Saluran Distribusi Untuk memungkinkan berhasilnya usaha penyaluran yang tercermin dalam peningkatan jumlah penjualan dan pemasaran, maka perlu dilakukan motivasi dan bantuan kepada para penyalur. Hal ini perlu dilakukan karena para penyalur akan lebih berperan, apabila terdapat dorongan untuk mencapai tjuan (objective) dan motifnya seperti diketahui, setiap orang yang memasuki suatu usaha tertentu sudah pasti mempunyai motif tertentu. Sebagai akibatnya, tinggi-rendahnya produktivitas dan efektivitas usaha seseorang untuk berprestasi akan banyak dipengaruhi oleh motif yang mendorongnya untuk berusaha.
Oleh karena itu, apa yang diharapkan oleh suatu perusahaan produsen dari hasil kerja penyalurnya hanya dapat diperoleh dengan baik, apabila diperhatikan:
1) Motivasi masing-masing penyalur.
2) Insentif atau perangsang yang akan diberikan kepada para penyalur.
3) Penghargaan yang diberikan kepada para penyalur yang telah berhasil dalam melaksanakan atau mengemban tugasnya dengan baik.
b.      Strategi Penentuan/Pemilihan Saluran Distribusi
Perusahaan dalam mengambil keputusan untuk memilih penyalur yang akan memasarkan produknya, perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang telah diutarakan di atas, serta faktor lainnya yang mempengaruhi pemilihan penyalur dan berapa jumlah penyalur, yang diikuti dengan penetapan fungsi-fungsi pemasaran yang harus dijalankan oleh penyalur serta syarat-syarat dan tanggung jawab penyalur tersebut.
Faktor-faktor pemilihan penyalur adalah:
1) Pola saluran distribusi
2) Banyaknya atau jumlah penyalur
3) Lokasi atau daerah penyalur
4) Bonafiditas para penyalur yang tercermin dari likuiditasnya
5) Reputasi dari penyalur
6) Kemampuan mejual dan jaringan distribusi yang luas
7) Mempunyai tenaga penjual yang terlatih dan sarana atau fasilitas yang memadai.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam penetapan penyalur meliputi:
1) Modal yang diperlukan
2) Efisiensi penyaluran massal
3) Balas jasa modal secara relatif
4) Pengalaman dan efisiensi para penyalur


Kesimpulan
Saluran pemasaran industri atau saluran distribusi dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan bagian-bagian organisasi yang saling terkait mulai dari membuat suatu produk sampai produk tersebut siap dijual ke pelanggan untuk digunakan. (Havaldar, 2005).
Di dalam saluran distribusi, terdapat beberapa perantara, dan perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu; pedagang perantara dan agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negosiasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut.
Untuk dapat menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah ditetapkan. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management.
Supply Chain Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management, pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang di- minati konsumen.
Pemahaman terhadap konsep Supply Chain Management tidak lengkap, fokusnya sering berorientasi pada operasi internal saja, tidak dapat membedakan antara pelayanan terhadap intermediate consumers dengan end consumers. Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut, baru kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di lingkungan eksternal. Satu hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan untuk penerapan Supply Chain Management adalah mengelola informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses pengambilan keputusan di wilayah penerapan Supply Chain Management.
Menurut Bowersox, DJ (2006) dalam Rizky (2012), manajemen logistik adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang, barang jadi dari para supplier kepada para pelanggan.
Distribusi fisik adalah segala kegiatan untuk memindahkan barang dalam jangka waktu tertentu, di dalam distribusi fisik juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas dari distrubusi fisik tersebut, yaitu : pengelolaan pesanan, persediaan, pergudangan, dan transportasi.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dibidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ketangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, terdapat dua strategi dalam membantu menganalisi efektifitas dari saluran distibusi, yaitu : strategi pembinaan dan pengembangan, strategi penentuan/pemilihan saluran distribusi.


Daftar pustaka
Adelia, Septy. 2019. Analisis Strategi Saluran Distribusi Pada Pt. Rajawali Nusindo Cabang Medan
Ardiyanta, Oky. 2013. Analisis Strategi Distribusi Untuk Meningkatkan Volume Penjualanpada Pt. Salama Nusantara
Fadli, Ainur Mansururi, Achmad Fauzi Dan Dahlan Fanani. 2014. Efektifitas Distribusi Fisik Dalam Meningkatkan Penjualan. Jurnal Administrasi Bisnis (Jab) | Vol. 7 No. 1 Januari 2014 |
Kawileh, Fahmi Ahmad.2014. Analisis Pengaruh Saluran Distribusi Langsung Dan Tidak Langsung Terhadap Volume Penjualan Tekstil Di Pt. Sari Warna Asli Karanganyar
Lestari, Paramita Boni Dan Setya Haksama. 2017. Analisis Fungsi Manajemen Logistik Di Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Keluarga Berencana Kota Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Setyadi, M. Hafizh, Achmad Fauzi Dan Wilopo. 2015. Analisis Rancangan, Seleksi, Dan Pelaksanaan Saluran Distribusi Internasional Dalam Upaya Meningkatkan Penjualan Luar Negeri (Studi Kasus Pada Pt. Behaestex Gresik). Jurnal Administrasi Bisnis (Jab)|Vol. 23 No. 2 Juni 2015|
Widyarto, Agus. 2012. Peran Supply Chain Management Dalam Sistem Produksi Dan Operasi Perusahaan. Benefit Jurnal Manajemen Dan Bisnis Volume 16, Nomor 2, Desember 2012, Hlm. 91-98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar