Saluran
pemasaran industri atau saluran distribusi dapat digambarkan sebagai suatu
kumpulan bagian-bagian organisasi yang saling terkait mulai dari membuat suatu
produk sampai produk tersebut siap dijual ke pelanggan untuk digunakan.
(Havaldar, 2005).
1.
Perbedaan Saluran Pemasaran Produk Industri dengan Produk Konsumen
Faktor- Faktor
|
Pasar Konsumen
|
Pasar Industri
|
Peran strategi saluran dalam bauran pemasaran
|
Penting, karena banyak konsumen mengaitkan outlet
pengecer dengan kualitas produk dan citra (nama baik) perusahaan
|
Kritis, karena kekurangan persediaan untuk melayani
pesanan ulang, dan keterlambatan pengiriman akan menyebabkan keterlambatan
maupun kerugiaan bagi pelanggan industri
|
Pengendalian Saluran
|
Biasanya di dominasi oleh pabrikan atau pedagang
besar
|
Umumnya didominasi oleh pabrikan, namun ada juga
yang dikendalikan oleh distributor
|
Panjang Saluran
|
Biasanya Panjang, terdiri atas (melewati) beberapa
tingkatan perantara
|
Pendek dan biasanya langsung tanpa melibatkan
perantara, dan masih pendek walaupun menggunakan perantara
|
Perantara
|
Menggunakan beragam jenis perantara (grosir,
pengecer, broker, dan agen)
|
Biasanya hanya menggunakan dua jenis perantara yaitu distributor
industri dan agen pabrik
|
Jumlah penjualan produk/jasa
|
Kebanyakan produk melalui perantara, diperkirakan
hanya 5% yang langsung ke konsumen
|
Kebanyakan produk langsung ke pelanggan khusus untuk
kebutuhan produk dalam jumlah besar 75% langsung ke pelanggan
|
Karakteristik Pembeli
|
Pemilihan pengecer sering emosional dan berdasarkan
citra
|
Pemilihan perantara tidak dilakukan secara emosional
tetapi lebih didasarkan pada kinerja
|
Pelayanan Persediaan Konsumen
|
Pada Grosir dan pengecer
|
Pelanggan percaya pada saluran
|
2. Tipe-Tipe
Perantara Industri Tipe-Tipe Perantara Industri
Saluran menurut
Kotler (2001) mengemukakan bahwa saluran distribusi adalah serangkaian
organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan
suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi
pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan
konsumen.
Perantara
tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu; pedagang perantara dan
agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses
negosiasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut. Pengertian dari
pedagang perantara dan agen perantara sebagai berikut:
1. Pedagang
perantara
Pada dasarnya, pedagang
perantara bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya
atau dengan kata lain pedagang mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua
kelompok yang termasuk dalam pedagang perantara, yaitu; pedagang besar dan
pengecer. Namun tidak menutup kemungkinan selain membuat barang juga
memperdagangkannya.
2. Agen
perantara
Agen perantara
mempunyai hak milik semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongkan
kedalam dua golongan, yaitu: 1) Agen penunjang terdiri dari: Agen pembelian dan
penjualan, Agen Pengangkutan dan Agen Penyimpanan, 2) Agen Pelengkap terdiri
dari: Agen yang membantu dalam bidang financial, Agen yang membantu dalam
bidang keputusan, Agen yang dapat memberikan informasi, Agen khusus.
3.
Desain Saluran
Rancangan
Saluran
Distribusi
Ketika sebuah perusahaan ekspor memutuskan untuk menggunakan saluran distribusi
untuk memasarkan produknya, perusahaan harus bisa merancang desain saluran
distribusi yang tepat dan efisien. Perusahaan harus memahami pentingnya proses
merancang saluran distribusi ini karena biaya investasi awal yang dikeluarkan
tidaklah sedikit. Perusahaan harus memiliki pertimbangan-pertimbangan yang
matang dalam keputusan ini. Menurut Kotler and Armstrong (2014:372-374) serta
Boyd, Walker dan Larrece (2000:42) ada beberapa tahapan dalam melakukan
rancangan bentuk saluran distribusi, yaitu:
1) Menganalisis
keinginan dan kebutuhan konsumen
2) Menentukan
tujuan saluran
3) Menentukan
jenis dan jumlah perantara
4) Mengevaluasi
alternatif utama
4.
Penanganan Anggota Saluran
Menurut Kotler yang
diterjemahkan oleh Saladin (2004:154) mengemukakan bahwa anggota saluran
distribusi melaksanakan sejumlah fungsi utama dan berpartisipasi dalam arus
pemasaran sebagai berikut: informasi, promosi, negosiasi, pemesanan,
pembiayaan, pengambilan resiko, kepemilikan fisik, pembayaran, dan hak milik.
5. Supply Chain
Management
Untuk dapat menawarkan produk yang
menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha
menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun
standar yang sudah ditetapkan. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut
adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material
dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen.
Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management. Supply Chain Management sesungguhnya
bukan merupakan suatu konsep yang baru.
Menurut Turban, Rainer, Porter
(2004), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:
1. Rantai Suplai
Hulu (Upstream supply chain)
Bagian upstream (hulu) supply chain
meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya
(yang mana dapat manufaktur, assembler,
atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para
penyalur second-trier). Hubungan para
penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material
(contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Manajemen
Rantai Suplai Internal (Internal supply
chain management)
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke
gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke
dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam
organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah
manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3. Segmen Rantai
Suplai Hilir (Downstream supply chain
segment)
Downstream
(arah muara) supply chain meliputi
semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di
dalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan
after-sales-service.
Dalam perkembangannya, Supply Chain Management telah banyak
mengalami evolusi yang dapat digambarkan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut
(Indrajit dan Djokopranoto, 2002) :
1. Tahap 1
Dalam tahap 1 ada semacam kesendirian dan
ketidak-saling tergantungan fungsi produksi dan fungsi logistic. Mereka
menjalankan program-program sendiri yang terlepas satu sama lain (in-complete isolation). Contohnya
adalah bagian produksi yang hanya memikirkan bagaimana membuat barang sesuai
dengan mutu dan yang telah ditetapkan, dan sama sekali tidak mau ikut
memikirkan penumpukan inventory dan
penggunaan ruang gudang yang menimbulkan biaya persediaan yaitu biaya simpan.
2. Tahap 2
Dalam tahap 2 perusahaan sudah mulai menyadari
pentingnya integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas,
yaitu di antara fungsi internal yang paling berdekatan, misalnya produksi dengan
inventory control dan functional integration yang lain.
3. Tahap 3
Dalam tahap 3 integrasi perencanaan dan pengawasan
atas semua fungsi yang terkait dalam satu perusahan (internal integration).
4. Tahap 4
Pada tahap 4 menggambarkan tahap sebenarnya dari supply chain integration, yaitu
integrasi total dalam konsep perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
(manajemen) yang telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan ke upstreams yaitu suppliers dan downsterams
sampai ke pelanggan.
Manfaat Supply Chain Management.
Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu
(Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya,
pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin
besar.
1. Kepuasan pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama
dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan.
Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang
setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka
terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh
perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra
perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga
produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena
diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya
Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada
konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih
dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia
akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut
dalam pelaksanaan Supply Chain Management.
5. Peningkatan laba
Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang
setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba
perusahaan.
6. Perusahaan semakin besar
Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses
distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
Keenam manfaat yang sudah
dijelaskan seperti tersebut di atas merupakan manfaat tidak langsung. Secara
umum, manfaat langsung dari penerapan Supply Chain Management bagi perusahaan
adalah :
1. Supply Chain Management secara fisik dapat
mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen
akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah
perusahaan.
2. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi
pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan
aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran
yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management, pemasaran
dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang di- minati konsumen.
6.
Manajemen Logistic
Manajemen
Logistik Menurut Bowersox, DJ (2006) dalam Rizky (2012),manajemen logistik
adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,
suku cadang, barang jadi dari para supplier kepada para pelanggan. Menurut Seto
dkk (2004) dalam Khasanah (2010), manajemen pengelolaan obat mempunyai
fungsi manajemen logistik sebagai berikut:
·
Perencanaan adalah
tindakan dalam pemenuhan kebutuhan yang menyangkut proses memilih, seleksi, dan
menetapkan jenis dan jumlah logistik.
·
Pengadaaan adalah
kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan berdasarkan
proses perencanaan.
·
Penganggaran adalah
perumusan perincian kebutuhan dalam skala mata uang.
·
Penerimaan adalah
kegiatan menerima logistik oleh petugas gudang dari petugas pengirim barang
sesuai dengan jumlah barang yang di minta.
·
Penyimpanan dilakukan
untuk menjaga kualitas barang sehingga tidak mengalami kerusakan.
7.
Distribusi Pemasaran Fisik
Distribusi fisik
Distribusi fisik
Distribusi fisik
adalah segala kegiatan untuk memindahkan barang dalam jangka waktu tertentu.
Perpindahan fisik ini dapat berupa perpindahan barang jadi dari jalur produksi
ke konsumen akhir dan perpindahan barang mentah dari sumber ke jalur produksi.
Dalam terminologi sederhana, sebuah distribusi adalah pipa atau jalur ke pasar.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:60). Distribusi fisik adalah tugas yang
dilibatkan dalam perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian aliran fisik
bahan barang akhir, dan informasi yang berhubungan dari titik asal ke titik
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam kondisi untuk mendapatkan
laba. Sedangkan menurut Solomon, Marshall, and Stuart (2008: 490)
kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk memindahkan barang dari produsen ke
pelanggan akhir, termasuk pemrosesan pesanan, pergudangan, transportasi, dan
persediaan.
Dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa distribusi fisik adalah menggerakkan
barang yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
arus bahan dan produk akhir dari tempat asal ke tempat pemakai atau dari
produsen sampai konsumen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan mendapatkan
laba. Penyaluran ini dimaksudkan dalam rangka pemasaran barang dan pemindahan
sejak dari produsen hingga kepada konsumen akhir atau pemakai industri.
Fungsi Distribusi Fisik
Sebuah
perusahaan dapat dipandang sebagai sistem keseluruhan, begitu pula saluran yang
digunakan oleh perusahaan dalam mencapai konsumen akhir. Dalam hal ini,
keberhasilan perusahaan sering tergantung pada hasil kerja distribusinya karena
distribusi fisik merupakan sebuah jaringan organisasi yang melaksanakan
fungsi-fungsi yang menghubungkan produsen dengan para pemakai akhir. Distribusi
fisik terdiri atas institusi dan agensi yang saling tergantung dan terkait,
berfungsi sebagai sebuah sistem atau jaringan yang bekerja sama dalam upaya
memproduksi dan mendistribusikan sebuah produk kepada para pemakai akhir.
Tujuan Distribusi Fisik
Menurut Sastradipoera
(2003: 161) distribusi fisik sebagai satu kegiatan manajemen marketing yang
mempunyai tiga buah tujuan utama. Ketiga buah tujuan distribusi fisik tersebut
meliputi:
a. Pemberian pelayanan
kepada para pelanggan sebaik dan senyaman mungkin
Pelayanan yang dimaksud mencapai waktu siklis
pesanan rata-rata dari rentang waktu dan frekuensi yang cukup memadai.
b. Menghemat biaya
keseluruhan untuk pemberian pelayanan hingga titik minimum yang mungkin
Dengan cara mengurangi
hingga mencapai titik minimum pesanan yang dikembalikan. Jika pengembalian
pesanan terjadi, mengurangi banyaknya waktu dalam pengiriman barang yang
dikembalikan.
c. Merealisasi rencana
laba dengan melaksanakan pelayanan kepada pelanggan dan meminimalkan biaya
Salah satu diantaranya
dengan mengurangi sejauh mungkin persen pesanan yang dikirimkan yang berisi
barang-barang yang rusak, cacat, atau tidak memenuhi syarat perjanjian dalam
pesanan.
Efektivitas Distribusi Fisik
Efektivitas
saluran distribusi memiliki pengertian yang lebih komplek dari pengertian
efektivitas. Dalam salah satu artikel forum bisnis mengatakan bahwa Effective
distribution, it should be understood as achieving the highest levels of
penetration among the target market for the highest net return for the
manufacturer. Distribusi yang efektif, dapat dipahami sebagai menerima
hasil tertinggi dari penetrasi pasar sasaran yang berupa laba tertinggi bagi
produsen.
Dari pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa efektivitas memegang peranan penting dalam usaha
memasarkan produk kepada konsumen serta meningkatkan penjualan. Perusahaan
bekerja memaksimalkan efektivitas dari penjualan langsung, perwakilan,
distributor, dan pengecer. Menaksir kinerja dari saluran penjualan,
merekomendasikan alternatif dengan maksud mendapatkan konsumen, dan
mengembangkan kemampuan dari penjualan merupakan salah satu aspek penting
perusahaan.
Menurut Kotler
dan Armstrong (2008:369) Biaya distribusi fisik sebagai element berapa persen
total distribusi keseluruhan, maka dari itu faktor-faktor tersebut dijadikan
ukuran mempengaruhi efektivitas terhadap penjualan, yaitu:
A. Pengelolaan pesanan
Pesanan dapat
diserahkan dengan berbagai cara lewat pos atau telpon, lewat wiraniaga, atau
via online dan pertukaran data electronic (EDI= electronic data interchange).
Setelah diterima, pesanan harus diproses dengan cepat dan tepat ,produk yang
tidak ada dianggap pesanan tertunda, barang yang dikirimkan disertai dengan dokumen
pengiriman dan penagihan, biasanya dikirim kepada berbagai bagian. Baik
perusahaan maupun pelanggaan mengenyam manfaat jika langkahlangkah pemrosesan
dilaksanakann secara efisien.
B. Persediaan
Faktor penting
yang lain dalam sistem distribusi fisik adalah persediaan secara efektif
terhadap komposisi dan besarnya persediaan. Tujuannya adalah meminimumkan
jumlah investasi dan meminimumkan fluktuasi dalam persediaan sambil melayani
pesanan dari pembeli. Menurut Ristono (2009: 3) Persediaan adalah pengendalian
barang atau usaha memonitor dan menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal
dalam menunjang kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan
perusahaan. Menurut Armstrong and Kotler (2009: 345) Persediaan di sini,
manajer harus memperhatikan keseimbangan yang rapuh antara menjual terlalu
sedikit, perusahaan menanggung resiko tidak mempunyai produk ketika pelanggan
harus membeli. Keputusan persediaan melibatkan pengetahuan akan kapan harus
memesan dan seberapa banyak yang harus dipesan. Dalam memutuskan kapan harus
memesan perusahaan menyeimbangkan resiko kekurangan barang terhadap biaya
menyimpan terlalu banyak.
C. Pergudangan
Menurut
Armstrong and Kotler (2009: 345) Perusahaan harus memutuskan berapa banyak dan
jenis gudang yang dibutuhkannya dan di mana gudang itu ditempatkan. Perusahaan
mungkin menggunakan gudang penyimpanan atau pusat distribusi. Sedangkan menurut
Bearden, Ingram, and Laforge (2004:351), Pergudangan merupakan aspek penting
dari strategi saluran pemasaran bagi perusahaan apapun, itu mengacu pada
kegiatan pemasaran yang berhubungan dengan menjual produk kepada pembeli dan
menggunakannya untuk membuat produk lain, atau menggunakannya untuk melakukan kegiatan
bisnis.
D. Transportasi
Menurut
Armstrong and Kotler (2009: 346) Pilihan angkutan transportasi mempengaruhi
penetapan harga produk, kinerja pengiriman, dan kondisi barang saat barang itu
tiba semua akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Sedangkan Menurut Lamb, Hair,
and McDaniel (2011:468) Transportasi biasanya menyumbang 5 sampai 10 persen
dari harga barang. Rantai pasokan logistik harus memutuskan modus transportasi yang
digunakan untuk memindahkan produk dari pemasok ke produsen dan dari produsen
ke pembeli. Pemasar perlu memberikan perhatian kepada keputusan transportasi
perusahaan mereka. Perusahaan dapat memilih menggunakan sarana transportasi
dengan jalur darat menggunakan truk dan kereta api atau melalui air menggunakan
kapal.
8. Analisis efektifias saluran distribusi
Dalam usaha
untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dibidang pemasaran, setiap
perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan
penyampaian produk sampai ketangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang
tepat. Oleh karena itu, kebijakan penyaluran merupakan salah-satu kebijakan
pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran (marketing channels) dan distribusi
fisik (physical distribution). Kedua
faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan penyaluran
dan sekaligus keberhasilan pemasaran produk perusahaan. Efektivitas penggunaan
saluran distribusi diperlukan untuk menjamin tersedianya produk disetiap mata
rantai saluran tersebut.
a. Strategi
Pembinaan dan Pengembangan
Saluran Distribusi
Untuk memungkinkan berhasilnya usaha penyaluran yang tercermin dalam
peningkatan jumlah penjualan dan pemasaran, maka perlu dilakukan motivasi dan
bantuan kepada para penyalur. Hal ini perlu dilakukan karena para penyalur akan
lebih berperan, apabila terdapat dorongan untuk mencapai tjuan (objective) dan
motifnya seperti diketahui, setiap orang yang memasuki suatu usaha tertentu
sudah pasti mempunyai motif tertentu. Sebagai akibatnya, tinggi-rendahnya
produktivitas dan efektivitas usaha seseorang untuk berprestasi akan banyak
dipengaruhi oleh motif yang mendorongnya untuk berusaha.
Oleh karena itu, apa
yang diharapkan oleh suatu perusahaan produsen dari hasil kerja penyalurnya
hanya dapat diperoleh dengan baik, apabila diperhatikan:
1) Motivasi
masing-masing penyalur.
2) Insentif atau
perangsang yang akan diberikan kepada para penyalur.
3) Penghargaan yang
diberikan kepada para penyalur yang telah berhasil dalam melaksanakan atau
mengemban tugasnya dengan baik.
b. Strategi
Penentuan/Pemilihan Saluran Distribusi
Perusahaan dalam
mengambil keputusan untuk memilih penyalur yang akan memasarkan produknya,
perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang telah diutarakan di atas, serta
faktor lainnya yang mempengaruhi pemilihan penyalur dan berapa jumlah penyalur,
yang diikuti dengan penetapan fungsi-fungsi pemasaran yang harus dijalankan
oleh penyalur serta syarat-syarat dan tanggung jawab penyalur tersebut.
Faktor-faktor pemilihan penyalur adalah:
1) Pola saluran
distribusi
2) Banyaknya atau
jumlah penyalur
3) Lokasi atau daerah
penyalur
4) Bonafiditas para
penyalur yang tercermin dari likuiditasnya
5) Reputasi dari
penyalur
6) Kemampuan mejual dan
jaringan distribusi yang luas
7) Mempunyai tenaga
penjual yang terlatih dan sarana atau fasilitas yang memadai.
Pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam penetapan penyalur meliputi:
1) Modal yang
diperlukan
2) Efisiensi penyaluran
massal
3) Balas jasa modal
secara relatif
4) Pengalaman dan
efisiensi para penyalur
Kesimpulan
Saluran pemasaran industri
atau saluran distribusi dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan bagian-bagian
organisasi yang saling terkait mulai dari membuat suatu produk sampai produk
tersebut siap dijual ke pelanggan untuk digunakan. (Havaldar, 2005).
Di dalam saluran
distribusi, terdapat beberapa perantara, dan perantara tersebut dapat
digolongkan kedalam dua golongan, yaitu; pedagang perantara dan agen perantara.
Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negosiasi dalam pemindahan
produk yang disalurkan tersebut.
Untuk dapat menawarkan produk yang
menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha
menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun
standar yang sudah ditetapkan. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut
adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material
dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen.
Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management.
Supply
Chain Management secara fisik dapat mengkonversi
bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir.
Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah
perusahaan. Supply Chain Management
berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai
suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal
ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management, pemasaran dapat
mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang di- minati konsumen.
Pemahaman terhadap konsep Supply Chain Management tidak lengkap,
fokusnya sering berorientasi pada operasi internal saja, tidak dapat membedakan
antara pelayanan terhadap intermediate
consumers dengan end consumers.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan
perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut,
baru kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di
lingkungan eksternal. Satu hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan
untuk penerapan Supply Chain Management
adalah mengelola informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses
pengambilan keputusan di wilayah penerapan Supply
Chain Management.
Menurut Bowersox,
DJ (2006) dalam Rizky (2012), manajemen logistik adalah proses pengelolaan yang
strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang, barang jadi
dari para supplier kepada para pelanggan.
Distribusi fisik
adalah segala kegiatan untuk memindahkan barang dalam jangka waktu tertentu, di
dalam distribusi fisik juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
efektifitas dari distrubusi fisik tersebut, yaitu : pengelolaan pesanan, persediaan,
pergudangan, dan transportasi.
Dalam usaha
untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dibidang pemasaran, setiap
perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan
penyampaian produk sampai ketangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang
tepat. Oleh karena itu, terdapat dua strategi dalam membantu menganalisi efektifitas
dari saluran distibusi, yaitu : strategi pembinaan dan pengembangan, strategi
penentuan/pemilihan saluran distribusi.
Daftar
pustaka
Adelia, Septy. 2019. Analisis
Strategi Saluran Distribusi Pada Pt. Rajawali Nusindo Cabang Medan
Ardiyanta, Oky. 2013. Analisis
Strategi Distribusi Untuk Meningkatkan Volume Penjualanpada Pt. Salama
Nusantara
Fadli, Ainur Mansururi, Achmad
Fauzi Dan Dahlan Fanani. 2014. Efektifitas Distribusi Fisik Dalam
Meningkatkan Penjualan. Jurnal Administrasi Bisnis (Jab) | Vol. 7 No. 1
Januari 2014 |
Kawileh, Fahmi Ahmad.2014. Analisis
Pengaruh Saluran Distribusi Langsung Dan Tidak Langsung Terhadap Volume
Penjualan Tekstil Di Pt. Sari Warna Asli Karanganyar
Lestari, Paramita Boni Dan Setya
Haksama. 2017. Analisis Fungsi Manajemen Logistik Di Badan Pemberdayaan
Masyarakat Dan Keluarga Berencana Kota Surabaya. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Setyadi, M. Hafizh, Achmad
Fauzi Dan Wilopo. 2015. Analisis Rancangan, Seleksi, Dan
Pelaksanaan Saluran Distribusi Internasional Dalam Upaya Meningkatkan Penjualan
Luar Negeri (Studi Kasus Pada Pt. Behaestex Gresik). Jurnal Administrasi
Bisnis (Jab)|Vol. 23 No. 2 Juni 2015|
Widyarto, Agus. 2012. Peran
Supply Chain Management Dalam Sistem Produksi Dan Operasi Perusahaan. Benefit
Jurnal Manajemen Dan Bisnis Volume 16, Nomor 2, Desember 2012, Hlm. 91-98